Pemberontakan Komunis 1948, 1965.. Adakah yang Ketiga?

Sangat sulit memang ketika membicarakan tentang pembunuhan yang menimpa para jendral 47 tahun silam. Kita sebagai generasi muda yang tak turut serta mengambil andil dalam sejarah di masa lampau akhirnya mengalami kebingungan dan “kemakan” beberapa cerita fiktif tentang kejadian tersebut. Namun pada dasarnya, sebagai Indonesia yang telah bersumpah bangsa, tumpah darah, bahasa satu yaitu Indonesia, harus mengakui Pancasila sebagai ideologinya.
Seperti yang kita ketahui, usaha terhadap Pemerintah RI dengan mengganti dasar negara Pancasila telah dua kali dijalankan, yang pertama di tahun 1948, dikenal sebagai pemberontakan PKI Muso di Madiun dan pada 1965 yang dikenal sebagai G-30S/PKI.
PKI mempergunakan berbagai cara untuk “cuci tangan” dari perbuatan yang akan/telah ia buat. Adu domba antara aparat Pemerintah, Abri, Orpol serta melakukan fitnah terhadap siapa saja yang mereka anggap lawan. Selain itu menyebarkan isu-isu kebohongan, misalnya setan desa dan lain-lain.
Semua tindakan yang mereka lakukan memang sesuai prinsipnya yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya yaitu mengkomuniskan Indonesia mengganti Pancasila. Kebohongan tersebut bahkan terus dilakukan menjelang saat-saat meletusnya pemberontakan G 30 S /PKI, maka PKI di tahun 1965 melontarkan isyu bahwa Angkatan Darat akan mengadakan kup terhadap Pemerintah RI dan di dalam TNI AD terdapat “Dewan Jenderal”.
Setelah persiapan untuk melakukan pemberontakan mereka anggap cukup matang antara lain dengan latihan kemiliteran para sukarelawan dan Ormas-ormas PKI di Lubang Buaya, maka ditentukanlah waktu pembunuhan untuk para jendral yang memiliki jabatan strategis. Selain itu juga ditentukan penentuan Markas Komando (CENKO) yang diduduki oleh 3 unsur :
1. Pasopati, Tugas khusus pimpinan Lettu Dul Arief dari MEN Cakrabirawa.
2. Bimasakti, tugas penguasaan dipimpin oleh Kapten Radi.
3. Gatotkaca sebagai cadangan umum juga penentuan tanda-tanda pengenal, kode-kode dan hal-hal lain yang berhubungan dengan operasi tersebut. Untuk gerakan operasi mereka ini Jakarta dibagi dalam 6 sektor.
Dari Lubang Buaya, PKI dan pasukan-pasukan yang telah dipersiapkan melancarkan gerakan pemberontakannya dengan diawali lebih dahulu menculik dan membunuh secara keji Pemimpin-pemimpin TNI AD yang telah difitnah oleh PKI. Setelah itu, PKI menduduki beberapa instalasi vital di Ibukota seperti Studio RRI, pusat Telkom dan lain-lain.
Diantara para Pemimpin TNI AD yang dibunuh secara kejam adalah Panglima Angakatan Darat Letjen TNI A Yani, Deputy II MEN/PANGAD MAYJEN TNI Suprato, Deputy III MEN/PANGAD Mayjen TNI Haryono MT, ASS 1 MEN/PANGAD Mayjen TNI Suparman, ASS III MEN/PANGAD Brigjen TNI DI Pandjaitan, IRKEH OJEN AD Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo.
Gagalnya kedua upaya kudeta tersebut akankah memunculkan upaya kudeta mengkomuniskan Indonesia pada lain waktu?
Ingatlah wahai generasi muda Indonesia, kita ini Negara Republik Indonesia yang berideologikan pancasila. Ideologi tersebut yang diinginkan oleh para founding fathers kita. Oleh sebab itu harus kita hargai dan junjung tinggi dengan mengenal dan mengaplikasikan pancasila sebagai ideologi kita. Karena jika tidak ada founding fathers terdahulu, tidak mungkin kita bisa merdeka seperti sekarang ini.

Damian Alexander

No comments: