Awal Masuknya Islam dan Kerajaan Demak
Pada abad XV, salah seorang
yang paling terkenal dan tertua diantara para walidi Jawa ialah Raden
Rahmat dari Ngampel Denta. Ia diberi nama sesuai dengan nama kampung di
Surabaya. Menurut teks-teks lama, Raden Rahmat itu adalah adik: dan
menurut teks-teks tua, yaitu babad, ia adalah kakak.
Vicky Verry Angga
Berbicara mengenai letak Cempa,
tentunya berhubungan dengan asal para penyebar Islam pertama di Jawa
Timur termasuk Raden Rahmat. Dr. Rouffaer (“Sumatera”) berdasarkan
dugaan telah mengidentifikasikan Cempa atau Campa ini dengan Jeumpa di
Aceh, diperbatasan antara Samalangan (Simelungan) dan Pasangan. Apabila
Cempa (=jeumpa) ditukar tempatnya dengan Pasai, maka rute perjalanannya
lebih masuk akal.
Sehubungan dengan perdagangan
pelaut Islam menggantikan kedudukan orang bukan Islam. Pedagang Islam
dianggap sebagai pesaing ketika melewati jalan yang menyusuri pantai
Sumatera dan Jawa menuju ke kepulauan remph-rempah Maluku. Bandar-bandar
di sepanjang pantai utara Jawa pertama-tama merupakan pangkalan.
Kemakmuran bandar0bandar itu bergantung pada persediaan beras yang dapat
mereka tawarkan.
Perpindahan kekuasaan politik ke tangan orang Islam terjai dengan dua cara:
1. Bangsawan Jawa yang kafir dengan sukarela memeluk agama baru iru.
2. Orang asing yang beragama Islam dari macam-macam bangsa membuat rumah mereka menjadi kubu pertahanan.
Pada permulaan abad VI, sesudah
berdirinya kerajaan-kerajaan Islam di pantai utara Pulau Jawa, datanglah
maulana-maulana dari tanah seberang. Mereka akan menetap di Jawa
sesudah didirikannya kelompok-kelopok Islam. Para guru yang datang
tersebut memperkuat kemanan kelompok-kelompok itu.
Dalm legenda-legenda mengenai
masjid Demak, Sunan Kalijaga menduduki tempat yang penting. Dialah yang
berjasa memebtulkan kiblat masjid. Beliau jugalah yang memperoleh baju
wasiat “Antakusuma”, yang jatuh dari langit di masjid itu di tengah para
wali yang sedang bermusyawarah. Baju tersebut juga disebut Kiai Gundil
(Gundul) merupakan salah satu “pusaka” raja-raja Jawa. Legenda dan
cerita-cerita tradisi penting, karena telah mengungkapkan betapa
pentingnya Masjid Demak dan dapat dianggap dongeng yang termasuk sastra
keagamaan untuk menghormati orang suci.
Zaman dahulu wilayah Demak
terletak di tepi selat di antara Pegunungan Muria dan Jawa namun selat
itu akhirnya tidak dapat dilayari. Oleh karena itu Demak tidak dapat
digunakan sebagai pelabuhan, maka Jepara menjadi pelabuhan Demak.
Sedangkan penghubung Demak dengan daerah pedalaman di Jawa Tengah ialah
Sungai Serang. Jalan darat juga cukupo baik dilalui pedati melalui batas
daerah perairan yang rendah dari sungai Serang dan Lusi mrnuju lembah
bengawan.
Munclunya dan bekuasanya Islam
mempengaruhi sejarah Jawa pada abad XVII dan abad-abad berikutnya
sehingga zaman sebelum Mataram dianggap kurang penting. Namun dengan
ditemukannya Suma Oriental, terbukalah kemungkinann menyusun
sejarah Demak yang lebih dapat dipercaya. Antara buku Tome Pires ini
dengan buku-buku sejarah Jawa Barat terdapat kesesuaian dalam ham
pemberitaan bahwa dinasti Demak dimulai dengan tiga orang raja.
Berdasarkan beberapa berita abad
XVII dan yang dari Jawa Barat dapat disimpilkan bahwa asal usul dinasti
Demak itu dari Cina pada waktu ini dapat dipercaya. Sebagai raja Demak
pertama ialah Raden Patah. Pengganti Raden Patah ialah Pangeran Sabrabg
Lor. Namun pemberitaan Pires dan naskah-naskah sejarah Jawa barat,
tidak banyak yang dapat dinyatakan dengan pasti tentang kehidupan
penguasa kedua di Demak itu. Tentu saja penting juga diketahui kapan
Demak menjadi menjadi kerajaan yang merdeka. Pemimpin Demak yang ketiga
adalah Sultan Trenggana. Dari keterangan-keterangan berbagai cerita
rakyat Jawa da berita Pires dapat disimpulkan bahwa raja Demak yang ke
tigamemerintah pada sekitar 1504 sampai 1546. Dalam waktu itu wilayah
kerajaan diperuas ke barat dan timur, dan Masjid Demak telah dibangun
sebhai lambang kekuasaan Islam.
Di Jawa para imam masjid hampir
selalu disebut “pengulu”. Imam pertama di Masjid Demak ialah Pangeran,
putra Pangeran Rahmat dari Ngampel Denta. Ia dipanggil oleh Pangeran
Ratu untuk memangku jabatab itu. Imam yang kedua ialah suami cucu Nyai
Gede Pancuran yang bernama Makdum Sampang. Kemudian ia digantikan
anaknya yaitu Kiai GedengPambayun ing Langgar. Imam yang keempat ialah
sepupu dari pihak ibu pendahulunya, ia anak Nyai Pambarep yang bergelar
Pengulu Rahmatullah dari Undung. Sedangkan imam keliam ialah Putra
Pengulu Rahmatullah yang bernama Pangeran Kudus atau Pandita Rabani.
Penobatan raja demak dengan gelar
sultan diperoleh oleh Sultan Ahmad Abdu’l Arifin yang dianugerahkan oleh
syekh Nurullah. Syekh Nurullah yang pernah ke Tanah Suci, Mekah karena
terpengaruh internasionalisasi Islam menganjurkan kepada raja Demak
untuk bertingkah laku sebagai raja Islam benar-benar.
Legenda Jawa mengenai direbutnya Majapahit oeh orang Islam dapat dibagi menjadi dua kelompok :
1. Cerita yang menunjukkan segala pujian kepada para alim Islam, dan terutama kepada para ulama dari Kudus.
2. Cerita yang menyanjung Raden Patah, Raja Demak, sebagai pahlawan.
Cerita kelompok pertama itulah yang
paling lengkap. Cerita itu terdapat dalam naskah-naskah cerita Jawa
Timur dan Jawa Tengah. Cerita kelompok kedua, dimuat dalam babad dari
Jawa Tengah yang berisi sejarah keluarga Raja Mataram. Ceritanya lebih
ringkas daripada yang termasuk kelompok pertama dan bercorak legenda,
diwarnai oleh peran alam gaib.
Apabila cerita-cerita Jawa mengenai
jatuhnya Majpahit dibandingkan, ada dua hal yakni keimanan kelompok
alim ulama Islam, yakni golongan mmenengah, dipimpn oleh para pemuka
yang semula merupakan imam-imam di masjid dan cita-cita politis yang
mengarah ke perluasan wilayah kekuasaan dan kemerdekaan
kerajaan-kerajaan Islam muda di Jawa Tengah.
Ibukota Islam Demak, menjadi titik
tolak perjuangan pada dasawarsa-dasawarsa pertama abad XVI, untuk
menyebarkan agama Islam ke barat. Tindakan bersenjata yang dilakukan
orang Jawa Tengah, untuk memulihkan atau memantapkan kekuasaan Sultan,
dapat dianggap salah satu tindakan kekuasaan maharaja Islam itu.
Sedangkan meluaskan daerah ke timur Demak seperti pengusaan wilayah
Tuban (1527), Wirasara (1528), Gagelang atau Madiun (1529), Medangkungan
(1530), Surabaya (1531), Pasuruan (1535), Lamongan, Blitar, dan
Wirasaba (1541-1542), Gunung Penanggungan (1543), Mamenang (1544), dan
Sengguruh (1545).
Sesudah kehilangan ibukotanya,
Brawijaya raja terakhir di Majapahit menyingkir ke timur. Ia dan
penduduk Jawa Timur yang kafir melawan ekspansionisme umat Islam Jawa
Tengah. Perang terjadi pada 1468 J (1546), perebutan Blambangan
berhasil, namun wafatnya Sultan tidak diberitakan.
Sistem kerajaan Demak dan
Majapahit hampir sama, di masa Demak juga ada “kunjungan menghadap raja”
seperti zaman majapahit. Pengadilan pradata juga ada seperti zaman
pra-Islam. Dijawa hukum adat dan hukum peradilan yang bercorak Hindu
masih bertahan di samping hukum Islam.
Menurut babad di Jawa Tengah, Sultan Trenggana diganti
olrh Susuhunan Prawata. Sama sekali tidak ada berita dalam babad Jawa
mengenai pemerintahan Susuhunan Prawata. Susuhunan Prawata di bunuh
tahun 1549 oleh Arya Penangsang yang akhirnya tahun itu juga mati.
Setalah itu Jaka Tingkir menjadi penguasa Demak dan diakui penguasa Jawa
Tengah dan Jawa Timur sebagai maharaja. Berikutnya ia memindahkan pusat
kerajaan Demak ke pedelaman, Pajang.Vicky Verry Angga
No comments:
Post a Comment